Rabu, 01 Juni 2011

Gejala Defisiensi Hara dan Kelainan pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)


Analisis tanah
Analisis tanah dapat memberikan informasi penting mengenai keragaman sifat-sifat tanah di suatu perkebunan dan dapat memberikan indikasi adanya perubahan-perubahan persediaan hara di dalam tanah selama satu siklus tanaman. Akan tetapi, data analisis tanah masih sedikit digunakan dalam kegiatan penyusunan rekomendasi pemupukan. Jika tanah untuk masing-masing blok tanaman telah diklasifikasikan sesuai dengan sistem taksonomi tanah dan/atau sistem yang digunakan di masing-masing pusat penelitian, hasil-hasil percobaan pemupukan sebenarnya dapat secara tepat diinterpretasikan untuk kepentingan rekomendasi pemupukan.

Analisis daun
Analisis daun sangat tepat dilaksanakan pada tanaman kelapa sawit karena tanaman kelapa sawit memproduksi daun dan tandan sepanjang tahun secara teratur sehingga memudahkan tim pengambil daun yang sudah berpengalaman untuk melaksanakan pengumpulan daun pada umur fisiologis tertentu. Berbeda dengan analisis tanah, pengambilan contoh daun yang mewakili sangat mudah dilakukan. Idealnya, intensitas pengambilan contoh daun kira-kira 1,2-1,4 tanaman kelapa sawit per ha dengan jumlah pohon contoh 30-40 tanaman per blok. Pohon-pohon contoh di masing-masing blok harus jelas ditandai. Idealnya, satu dari 10 baris tanaman dan satu dari 10 tanaman untuk masing-masing baris tanaman, merupakan salah satu pohon contoh untuk satu blok tanaman. Sebagai tanaman pertama yang berada di pinggir jalan ditentukan secara acak (misal pada baris ke-3 dari jalan). Pohon berikutnya adalah pohon ke-11 dalam barisan yang sarna. Setelah habis di barisan ke-3 tadi, selanjutnya pindah ke baris ke-13 dan seterusnya. Jika mungkin, pengambilan contoh daun dilaksanakan pada setiap pohon contoh yang sarna dan pada waktu yang sarna pad a setiap tahunnya. Akan sangat berguna bagi tim pengambil contoh daun untuk mencatat gejala-gejala defisiensi untuk masing-masing pohon contoh karena informasi ini mung kin akan membantu dalam interpretasi hasil analisis daun. Dalam melaksanakan pengambilan daun untuk analisis daun kelapa sawit menghasilkan, daun diambil dari anak daun pada daun ke-17 yang berada di tengah-tengah pelepah.
Daun ke-17 berada kira-kira di sebelah atas bagian tengah tajuk tanaman. Untuk tanaman berumur <3 tahun, anak daun diambil dari daun ke-9. Contoh-contoh daun (daun ke-17) yang diambil dari tanaman yang ternaungi daun lainnya sehingga terjadi kompetisi akan cahaya matahari, mungkin akan memberikan hasil analisis yang keliru. Daun ke-17 yang ternaungi secara fisiologis kadang-kadang lebih tua dari daun ke-17 yang mendapat cahaya matahari penuh. Dengan perkataan lain, disebabkan terjadinya tingkat pertumbuhan yang lebih cepat, daun ke-17 tanaman muda mungkin hanya berumur 5-6 bulan sedangkan daun ke-17 pad a tanaman lebih tua dapat mencapai umur 8-10 bulan.
Dengan asumsi bahwa pelaksanaan pekerjaan di laboratorium adalah baik, maka tidak perlu diragukan mengenai ketepatan analisis dan kebenaran dari persiapan contoh. Akan tetapi, sebaiknya sebanyak 5 kg contoh daun kelapa sawit yang sudah dikeringkan dan disimpan dalam satu tempat khusus yang tertutup rapat harus disediakan sebagai contoh kontrol. Sebanyak 1 contoh daun kontrol harus diikutkan dalam penganalisaan setiap 10 contoh daun kelapa sawit untuk mengontrol kualitas analisis di laboratorium.
Masalah yang timbul adalah dalam interpretasi data hasil analisis daun. Nilai “optimum” atau “kritis” untuk masing-masing hara dapat bervariasi dalam selang tertentu bergantung kepada faktor-faktor seperti umur tanaman, kelembaban lingkungan, perimbangan dengan hara lainnya, jenis bahan tanaman, jarak tanaman, dan kompetisi antar tanaman. Karena itu disarankan untuk mempergunakan selang optimum daripada nilai kritis dan nilai optimum tertentu.
Analisis daun dapat menunjukkan informasi yang sangat tepat mengenai ketidakseimbangan hara, tetapi biasanya sangat sulit dan bahkan berbahaya jika penentuan dosis pupuk hanya didasarkan atas data hasil analisis daun saja.
Pada tingkat manajemen yang baik tanaman kelapa sawit biasanya sangat responsif terhadap pupuk pada tingkat dosis yang mendekati keperluan optimum. Tetapi respons tanaman terhadap pemupukan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi tanah, iklim dan kondisi manajemen. Keuntungan nyata dari investasi dalam penggunaan analisis daun hanya akan terasa jika hasil-hasil telah terakumulasi selama 3-4 tahun, karena saat ini data yang terkumpul dalam peri ode waktu yang lebih panjang akan lebih berarti dibandingkan dengan data tahunan. Data tersebut sangat memungkinkan untuk mengevaluasi hasil analisis daun dihubungkan dengan data produksi pada periode sebelumnya, pemupukan, gejala visual tanaman di lapangan, dan hasil analisis tanah tahun sebelumnya untuk penentuan keperluan hara tanaman pada tahun berikutnya.
Bibliografi
Foster, H.L. (1975) Choice of Oil Palm Tissue Sample for Diagnosis of Nutrient Status – a Review. MARDI Report No.34. Institut Penyelidikan dan Kemajuan Pertanian Malaysia (MARDI).
Breure, C.J. (1994) Development 01 leaves in oil palm (Alaeis guineensis) and determination ot leal opening rate. Experimental Agriculture, 30, 467-472
Green, A.H. (1972) The manuring 01 oil palms in the field. Past results Oleagineux, 27,419-423.
Martin, G. (1977) Preparation et conditionnement des enchantilions pour Ie diagnostic loliaire du palmier a huile et du cocotier. Oleagineux, 32, 95-99.
Ochs, R. and Olivin, J. (1977) Le diagnostic foliaire pour Ie controle da la nutrition des plantations de palmiers a huile Prelevement des enchantillions foliares. Oleagineux, 32,211-216.
Oliagnier, M., Daniel, C., Faliavier, P and Ochs, R. (1987) The influence otclimate and soil on potassium critical level in oil palm leaf analysis. O/eagineux, 42, 446-450.
Tech, C.H. and Chew, P. S (1987) Use 01 rachis analysis as an indicator 01 K nutrient status in oil palm. In: Halim, H. A., Chew, P.S., Wood, B. J and Pushparajah, E (eds.) Proceedings of the 1987lntemational Oil Palm/Palm Oil Conferences Progress and Prospects. Conference I : Agriculture. ISP and PORIM, Kuala Lumpur, pp.262-271.
Turner, P. D. (1981) Oil Palm Diseases and Disorders Oxford Univers~ Press, Kuela Lumpur, 28Opp.
Turner, P. D and Buli, R. A (1987) Diseases and Disorders of the Oil Palm in Malaysia. The Incorporated Society of Planters, Kuala Lumpur, 247pp.
Foto
Tanaman kelapa sawit yang menunjukkan gejala defisiensi N pada tanah dengan drainase baik (1). Gambar (2) adalah pelepah daun yang menunjukkan gejala defisiensi N.
Deskripsi
Pada tanaman di pembibitan yang masih muda sekali, daun menunjukkan warna hijau pucat. Warna pucat diikuti dengan warna kekuningan dan jaringan daun yang sangat kekurangan N dapat menunjukkan gejala nekrosis. Pelepah daun yang sangat kekurangan N akan menghasilkan anak daun yang berwarna kuning. Tulang anak daun dan helaian anak daun mengecil serta bergulung ke dalam.
Penyebab
Gejala defisiensi N umumnya terjadi jika :
1. Tanaman kelapa sawit menderita kompetisi yang berat dari gulma seperti alang-alang (Imperata cylindrica) dan mikania (Mikania micrantha).
2. Tanah dengan drainage jelek dan akar berada dalam kondisi anaerobik.
3. Barisan tanaman yang sering dibabat secara rutin.
4. Hara N yang tersedia dalam tanah sangat rendah.
5. Tanaman menderita gangguan sebagai akibat proses pemindahan.
6. Lapisan tanah dangkal, berbukit, dan tanaman tumbuh pada tanah yang berbatu-batu.
7. Pemupukan N yang tidak mencukupi.
8. Tejadinya hambatan mineralisasi N yang disebabkan rendahnya pH tanah yang menghambat aktivitas mikroba tanah.
Proses pembentukan daun terhambat pada tanaman kelapa sawit yang mengalami gejala defisiensi N, dan ini memperlambat perkembangan indeks luas daun yang optimum.
Pencegahan
Beberapa jenis tanah akan dapat menyediakan N yang cukup untuk tanaman yang sedang tumbuh dan tanaman berproduksi. Selama periode tanaman belum menghasilkan tindakan pencegahan sebaiknya dilaksanakan dengan melakukan kombinasi antara pemindahan yang dilakukan secara hati-hati, pemupukan N, dan pembangunan penutup tanah leguminosa yang tumbuh cepat. Pada tanaman menghasilkan, pemupukan N diperlukan untuk mempertahankan N daun sekitar 2,5-2,8%. Perbaikan sistem drainage tanah harus juga dilakukan pada tanah-tanah yang selalu jenuh air dan pada tanah-tanah dengan muka air yang tinggi.
Perlakuan
Tanaman yang baru dipindah mungkin menunjukkan sedikit gejala defisiensi N tetapi tidak memerlukan perlakuan khusus. Untuk tanaman berumur 2-3 tahun, cukup dilakukan pemupukan dengan dosis 0,25-0,75 kg N/ph/th ( + 0,5-1,5 kg urea/ph/th ). Untuk tanaman berumur 5-10 tahun perlu dipupuk dengan dosis 1,0-1,5 kg N/ph/th ( + 2-3 kg urea/ph/th ). Dosis pupuk selamanya harus disesuaikan dengan hasil analisis daun dan hasil inspeksi tajuk tanaman. Kelebihan N dapat memungkinkan terjadinya gejala white stripe dan defisiensi B. Meledaknya ulat pemakan daun kelapa sawit diduga ada kaitannya dengan pemupukan N yang berlebihan. Pemupukan N, terutama urea, cenderung hilang melalui proses volatilisasi, karena itu penaburan urea pada saat tanah kering tidak dianjurkan.
Foto
Tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh kondisi drainase tanah yang jelek. Kemampuan tanah menyediakan N terhambat di dalam tanah yang sangat jenuh air.
Deskripsi
Berbeda dengan gejala defisiensi N yang biasanya terjadi pada pelepah daun tua, daun tanaman yang menguning yang disebabkan drainage jelek terjadi pada semua pelepah daun. Gejala ini dapat terjadi secara berkelompok di suatu blok tanaman pada tanah mineral.
Penyebab
Pada tanah gambut, drainage tanah keseluruhan lahan akan jelek jika muka air tanah dibiarkan terlalu dekat dengan permukaan tanah. Pada tanah sulfat masam perlu dilakukan perimbangan yang baik antara pelaksanaan pengaturan sistem drainage tanah yang memadai dan manajemen pH tanah. Jika muka air tanah dibiarkan turun maka mineral jarosite akan timbul yang kemudian mengalami proses oksidasi yang menghasilkan pH tanah yang sangat rendah (dan timbul masalah hara seperti defisiensi P).
Yellow palm dapat disebabkan oleh:
1. Terhalangnya saluran drainase oleh adanya penumpukan sisa-sisa tanaman yang terbawa banjir sebelumnya.
2. 2. Tidak memadainya sistem drainase tanah di kebun.
3. 3. Penanaman kelapa sawit di daerah rendahan.
4. 4. Pemadatan tanah oleh alat-alat berat (sebelum tanam atau disebabkan pelaksanaan mekanisasi di kebun).
Yellow palm yang diakibatkan adanya gangguan sistem drainase dapat menyebabkan pelepasan N dari pupuk dan bahan organik terhambat. Kondisi drainase yang jelek juga menyebabkan kehilangan N oleh adanya proses denitrifikasi. Selain itu, dapat pula menimbulkan kondisi anaerobik di sekitar tanaman yang dapat menurunkan efisiensi penyerapan hara oleh akar tanaman.
Pencegahan
Sistem drainase yang memadai harus dibangun sebelum penanaman, dan pada tahap berikutnya adalah pengaturan sistem manajemen air yang baik. Semua parit-parit drainase harus secara rutin dipelihara terutama dalam keadaan banjir. Air dalam parit drainase harus mengalir secara bebas mulai dari parit kebun ke parit pengumpul, parit utama, kanal, dan sungai. Pencucian parit kebun tidak ada gunanya sarna sekali jika parit pengumpul dan parit-parit berikutnya masih belum terpelihara. Alat-alat berat yang digunakan dalam operasi di lapangan harus dilengkapi dengan ban apung (‘Ioation lyres) untuk mencegah pemadatan tanah.
Perlakuan
Mineralisasi N yang cukup nyata akan terjadi setelah dilakukan perbaikan sistem drainase tanah dan pada beberapa kasus perbaikan dengan pemupukan N mungkin tidak diperlukan. Tanah-tanah yang padat dapat direhabilitasi dengan cara memecah lapisan padat dengan traktor pemecah tanah bawah (a tractor drawn sub-soile”)
Foto
Tanaman kelapa sa wit yang kerdil (1), penutup tanah leguminosa (LCC) dengan daun yang kecil (2), warna daun yang ungu (misal alang-alang)(3), dan tanaman indikator yang menunjukkan kondisi tanah asam (4), semuanya menunjukkan defisiensi P.
Deskripsi
Gejala defisiensi P pada tanaman kelapa sawit sebenarnya tidak mudah terlihat, tetapi batang tanaman dapat menunjukkan bentuk piramid, kerdil, dan pelepah yang pendek. Tanaman yang berada pada ekosistem kelapa sawit yang dapat menunjukkan rendahnya P di da1am tanah adalah :
1. Penutup tanah leguminosa seperti Pueraria phaseD/aides dengan daun-daun kecil, abnormal dan sulit berkembang. Hara P sangat penting untuk menunjang proses fiksasi N2 secara biologis pada tanaman penutup tanah leguminosa.
2. Imperata cy/indrica dengan daun keungu-unguan, Melastoma malabathricum, dan Dicranopteris linearis.
Penyebab
Umumnya defisiensi P terjadi jika :
1. Kadar P tersedia di dalam tanah sangat rendah (misal 20:1).
Pembangunan tanggul-tanggul erosi akan mengurangi kehilangan pupuk P yang ditabur di atas tanah. Jika pupuk P diberikan dalam jumlah yang cukup, maka perkembangan akar akan meningkat dan akan memperbaiki serapan N, Mg, dan K.
Perlakuan Pada tanah-tanah bereaksi masam, pupuk fosfat alam dengan dosis umum dapat digunakan untuk keperluan tanaman, tetapi jika dijumpai gejala defisiensi pada tanaman penutup tanah dan gulma lainnya maka diperlukan pemupukan P dengan dosis yang lebih tinggi lagi yakni 0,5-0,75 kg P2Os per tanaman (kira- kira 1-2 kg TSP atau SP-36).
Foto
Confluent orange spotting yang disebabkan defisiensi K (1). Bercak-bercak berwarna oranye yang mengkilat dapat meneruskan cahaya (2).
Deskripsi
Umumnya Confluent Orange Spotting (COS) dijumpai pada anak daun, pada pelepah daun yang lebih tua karena K dapat berpindah dari daun tua ke daun muda.
Bercak-bercak berukuran kecil, yang biasanya dimulai dari bentuk segi, dan berwarna hijau pucat mula-mula timbul pad a helaian daun dan berubah menjadi warna oranye yang cerah. Bercak-bercak tersebut kadang-kadang mengalami nekrosis dan mungkin menjadi tempat invasi patogen sekunder sebelum daun mengering.
COS dapat dibedakan dari bercak berwarna oranye yang disebabkan sifat genetis tanaman dan bercak yang disebabkan algae yang tumbuh di daun dengan cara pemeriksaan daun dengan mempergunakan cahaya matahari yang kuat. Bercak yang disebabkan COS dapat meneruskan cahaya
Penyebab
Umumnya Confluent Orange Spotting terjadi jika :
1. Kadar K tertukarkan (exchangeable) di dalam tanah sangat rendah «0,15 cmol/ kg).
2. Kelapa sawit ditanam pada tanah gambut, tanah berpasir dengan bahan induk granit, dan pada tanah-tanah bereaksi masam dengan nilai tukar kation (NTK) rendah.
3. Pemupukan K yang tidak cukup untuk menunjang produktivitas tanaman yang tinggi atau tanaman kelapa sawit yang ditanam pada tanah dengan kandungan K yang rendah.
Pencegahan
Respon tanaman kelapa sawit terhadap pemupukan K sangat nyata terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi K. cas biasanya terjadi disebabkan rendahnya K di daun, karena itu analisis daun secara rutin merupakan cara deteksi yang paling penting. cas dapat timbul jika K daun <1,0% (pada tanah-tanah liat pantai di Malaysia) tetapi gejala cas yang lebih berat dapat terjadi jika K daun <0,75%.
Perlakuan
Tanaman kelapa sawit yang menderita cas yang berat memerlukan pemupukan koreksi sebanyak 3-4 kg KCI/ph/th. Enam bulan setelah pemupukan KC! harus diikuti dengan penganalisaan daun dan inspeksi tajuk tanaman untuk mengetahui apakah gejala defisiensi K sudah hilang dan apakah K daun sudah meningkat. Jika pupuk K cukup diberikan, maka gejala defisiensi pada daun yang baru berkembang tidak akan dijumpai dari sejak aplikasi pupuk K. Aplikasi dengan dosis lebih tinggi mungkin diperlukan pad a tanah gambut dan areal tanaman ulang jika pada tahun-tahun sebelumnya pupuk K hanya diberikan dengan dosis rendah.
Foto
Daun bawah yang menderita defisiensi K (kiri), daun yang menderita MCY (tengah), dan daun baru yang sehat (kanan) yang semuanya menunjukkan gejala MCY. Perhatikan penutup tanah yang menderita defisiensi K (jauh di sebelah kiri).
Deskripsi
Gejala awal dari MCY adalah berkembangnya gejala klorosis dengan warna coklat kekuningan yang tidak cerah dan coklat kekuningan yang pucat pada pelepah muda yang terletak di bagian atas tajuk. Pelunturan warna dari pelepah dan posisinya pada tajuk merupakan petunjuk adanya kelainan. Bercak kecil yang menderita klorosis berkembang ke luar yang dimulai dari bercak awal dan menutupi keseluruhan daun. Selanjutnya terbentuk pita yang jelas di sekitar pinggiran helaian daun yang berwarna kuning. Ukuran pelepah daun dapat mengecil dan bercak hitam mungkin timbul pada pelepah yang lebih tua tetapi yang sudah menderita MCY. Bercak hitam tersebut mungkin disebabkan invasi mikroorganisme yang tidak dapat menembus jaringan daun yang masih sehat. MCY kerap kali terjadi secara simultan dengan confluent orange spotting (COS) jika defisiensi K terjadi lebih berat.
Penyebab
Umumnya Mid crown yellowing (MCY) terjadi jika :
1. Kadar K tertukarkan (exchangeable) di dalam tanah sangat rendah (<0,15 cmol/ kg).
2. Tanaman kelapa sawit ditanam pada tanah yang sangat masam dan berpasir atau pada tanah gambut yang lapisan bawahnya tanah berpasir.
3. Tanaman menderita kekeringan untuk suatu periode tertentu.
4. Pemupukan K yang tidak cukup untuk menunjang produktivitas tanaman yang tinggi atau tanaman kelapa sawit ditanam pada tanah dengan kandungan K yang rendah.
Pencegahan
Respon tanaman kelapa sawit terhadap pemupukan K sangat nyata terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi K. Karena itu analisis daun secara rutin merupakan metode deteksi yang paling penting. MCY terjadi jika K <0,1% (pada tanah – tanah liat pantai di Malaysia) tetapi MCY yang lebih berat terjadi jika K 2,5 (misal N >2,5%; K <1,0%).
2. Rasio K:N sangat lebar.
3. Terjadinya defisiensi B.
4. Pemupukan N yang berlebihan.
5. Terjadinya mineralisasi N tanah dalam jumlah yang banyak pada tanah mineral, sebagai hasil dekomposisi penutup tanah leguminosa atau LCC yang sudah mati yang disebabkan tajuk tanaman sudah saling menutup.
6. Persediaan N yang cukup banyak pada tanahnya (misal pada tanah gambut dengan sistem drainase yang baik).
Pencegahan
Analisis daun perlu dilakukan secara rutin untuk mengetahui rasio N:K daun. Rekomendasi pemupukan harus disesuaikan jika terjadi pelepasan N yang cukup banyak sebagai akibat proses dekomposisi tanaman penutup tanah leguminosa pada saar tajuk tanaman sudah saling menutup.
Perlakuan
Pemupukan K dengan dosis 2,5-4,5 kg KCI/ph/th yang disertai dengan penghentian pemupukan N mungkin diperlukan untuk memperbaiki ketidakseimbangan N/K.
Gejala awal dari white stripe pada tanaman muda harus segera diikuti dengan pengaturan kembali program pemupukan untuk periode tanaman belum menghasilkan misalnya dengan meningkatkan dosis K dan menurunkan dosis N. Pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan, koreksi rasio N:K yang tidak seimbang kerap kali memerlukan penambahan pupuk B dengan dosis 50-100 g sodium borate/ph/th
Foto
Daun-daun yang terkena langsung sinar matahari warnanya berubah menjadi kuning tetapi daun-daun yang ternaungi tetap berwarna hijau jika tanaman kelapa sawit menderita gejala defisiensi Mg (1). Perhatikan daun-daun yang tidak ternaungi yang berwarna coklat kekuningan dan daun yang ternaungi yang berwarna hijau (2)
Deskripsi
Umumnya Orange frond dijumpai pada daun-daun pelepah tua karena Mg dapat bergerak dari daun tua ke daun muda. Gejala awal adalah timbulnya warna hijau kekuningan yang berubah menjadi warna pucat kekuningan dibagian ujung lembaran daun yang berumur lebih tua, terutama yang langsung terkena cahaya matahari. Pada kondisi yang semakin berat, warna daun berubah menjadi coklat kekuningan sampai kuning cerah dan akhirnya mengering. Bagian-bagian daun yang menunjukan gejala klorosis pada tahap berikutnya mungkin akan diinvasi oleh jamur sekunder (misal Pestalotiopsis gracilis) yang menimbulkan warna ungu pada pinggiran dan ujung lembaran daun.
Penyebab
Umumnya Orange frond terjadi jika :
1. Kadar Mg tertukarkan (exchangeable) dalam tanah sangat rendah (<0,2 cmol/kg).
2. Tanaman kelapa sawit ditanam pads tanah bertekstur ringan yang lapisan tanah atasnya sudah tererosi.
3. Pemupukan Mg tidak mencukupi untuk mendukung produktivitas tanaman yang tinggi atau tanaman tumbuh pads tanah dengan kandungan Mg yang sangat rendah.
Pencegahan
Pengambilan contoh daun secara rutin dan penganalisaannya di laboratorium diperlukan untuk mengetahui rendahnya kadar Mg daun (<0,18%) dan ketidakseimbangan antara Mg dan K. Ketidakseimbangan tersebut juga terjadi untuk tanaman kelapa sawit yang tumbuh pads tanah dengan kadar Ca tertukarkan tinggi (misal tanah-tanah vulkanis).
Perlakuan
Respon tanaman kelapa sawit terhadap pemupukan dengan Mg untuk peningkatan produksi dapat diperoleh jika kadar Mg tertukarkan dalam tanah rendah atau jika pemupukan dengan K dan/atau Ca dalam konsentrasi tinggi telah menimbulkan defisiensi Mg.
Untuk tanaman kelapa sawit dengan produktivitas tinggi, pemupukan standar dengan dosis 0,5-1,0 kg kieserite/ph/th biasanya cukup memadai.
Pada tanah-tanah bereaksi masam, dolomit dapat digunakan untuk keperluan pupuk Mg secara rutin. Akan tetapi, jika defisiensi Mg dijumpai sangat nyata maka pemupukan dengan dosis 2-3 kg kieserite/ph/th mungkin diperlukan. Respon tanaman terhadap pupuk Mg dapat ditingkatkan jika kepada tanamannya juga diberikan tandan kosong terutama jika tanah lapisan atas sudah tererosi.
Foto
Garis-garis klorosis (1) berubah menjadi kuning, oranye, dan mati (2).
Deskripsi
Kelainan peat yellows telah dijumpai pada tanah gambut di Malaysia dan Indonesia sebagai akibat dati defisiensi dan ketidakseimbangan hara. Gejala awal ditandai dengan adanya perubahan wama hijau pucat ke kuning keputihan pada lembaran anak daun yang telah menunjukkan garis-garis klorosis, pada daun muda yang sudah terbuka penuh. Garis-garis klorosis berkembang dati pinggiran daun sid kira-kira 5-8 cm. Tulang daun pada lembaran daun ter1ihat sangat kontras terhadap garis-garis klorosis yang disebabkan oleh pembentukan klorofil yang lebih banyak pada jaringan daun yang lebih dekat ke tulang daun (mid rib). Pada tahap berikutnya bintik- bintik kuning kadang-kadang berkembang di dalam garis-garis klorosis dan menghasilkan wama kuning. Pelepah daun yang terkena gejala ini memendek, wama daun berubah ke oranye pucat, dan daun akhimya akan kering dan mati.
Penyebab
Peat yellows terjadi pada umumnya jika :
1. Kadar K tanah rendah (<0,15 cmol/kg).
2. Kadar Cu tanah rendah (<5 mgikg).
3. Pemupukan Mg diberikan dalam dosis yang cukup tinggi.
4. Pelepasan N yang cukup tinggi sebagai hasil mineralisasi bahan organik pada tanah gambut karena membaiknya sistem drainase.
5. Pemupukan N dengan dosis yang cukup tinggi.
6. Pemupukan P yang cukup tinggi tanpa pemberian K yang mencukupi.
Pencegahan
Tindakan pencegahan untuk kelainan ini belum pernah ada rekomendasinya, tetapi inspeksi di lapangan dan analisis daun akan dapat membantu identifikasi terjadinya kelainan ini mulai dari tahap awal. Dengan demikian be berapa perlakuan dapat dicoba dalam waktu yang cukup.
Perlakuan
Karena penyebab dari peat yellows ini belum diketahui dengan pasti, maka hanya rekomendasi tentatif saja yang dapat diberikan. Koreksi defisiensi K pad a tanah gambut dan tanah berpasir dapat menurunkan intensitas terjadinya peat yellows, tetapi pemberian Cu dan hara lainnya mungkin masih diperlukan. Hara Cu harus diberikan pada tingkat dosis 25-50 g CUSO4 per pohon dan juga perlu pemberian pupuk KCI sebagai pupuk ekstra yang telah terbukti dapat memperbaiki serapan
Foto
Defisiensi B yang ditunjukkan dengan blind leaf (1). crinkle leaf (2). dan hook leaf (3&4).
Deskripsi
Gejala awal defisiensi B adalah pemendekan ukuran daun muda yang menunjukkan kondisi khas yakni flat top (rata bagian atas). Daun-daun yang menderita defisiensi B warnanya hijau gelap, rapuh, dan berbentuk aneh atau keriput dan menunjukkan gejala yang disebut sebagai hooked leaf, fish bone leaf dan blind leaf yang mudah diidentifikasi di lapangan.
Penyebab
Defisiensi B pada umumnya terjadi jika :
1. Tanaman kelapa sawit dipupuk dengan N, K, dan Ca dalam dosis yang berlebihan.
2. Kadar B tersedia dalam tanah sangat rendah (misal yang terjadi pada tanah-tanah pasir dan tanah-tanah gambut).
3. Keasaman (pH) tanah 7,5. 4.
4. Peningkatan pengambilan B dalam tandan sawit disebabkan perbaikan penyerbukan oleh Elaedobius kamerunikus, yang tidak diimbangi dengan pemupukan B.
5. Dosis B yang tidak mencukupi untuk mendukung peningatan produktivitas yang tinggi atau tanaman kelapa sawit yang tumbuh pada tanah dengan kadar B yang rendah.
Pencegahan
Kadar B daun optimum adalah 12-25 µg/g. Akan tetapi, tanaman yang dipupuk dengan B dalam jumlah yang mencukupi kadang-kadang berkadar B di daun di luar selang angka ini. Sodium borate (Na2B4O7.10H2O) merupakan pupuk B yang sangat umum dipakai dan pemupukan dengan dosis 100-200 g sodium borate/ph/th diperlukan sebagai anjuran umum.
Perlakuan
Tanaman kelapa sawit yang menderita gejala defisiensi B yang berat perlu dipupuk degan 200 g sodium borate/ph/th. Pupuk B ditabur di piringan pohon tetapi harus dekat ke bagian pangkal batang. Pemupukan B di ketiak daun karena penyebaran B dalam jaringan tanaman yang mungkin tidak merata, mungkin akan menimbulkan keracunan B bagi tanaman. Karena itu pemupukan dengan cara ini tidak dianjurkan.
Foto
Daun yang menderita gejala defisiensi Cu (1). Perhatikan jaringan di ujung-ujung anak daun yang mengalami nekrosis(2).
Deskripsi
Defisiensi Cu dianggap hanya terjadi pada tanah-tanah gambut tetapi ternyata juga dilaporkan terjadi pada tanah-tanah berpasir. Tanaman yang menderita defisiensi Cu di pembibitan, terlihat sangat kerdil. Gejala awal adalah terjadinya klorosis pada daun muda yang sudah terbuka dan warna anak daun yang menderita defisiensi Cu berubah menjadi kuning yang dimulai dari ujung daun dan diikuti dengan gejala nekrosis dan akhirnya kering.
Penyebab
Umumnya defisiensi Cu terjadi pada :
1. Tanah berpasir.
2. Tanah gambut.
Defisiensi Cu terjadi jika kadar Cu daun 30 kg tandan buah segar per tanaman). Tanaman-tanaman tersebut harus diracun dan ditebang untuk memungkinkan enam tan am an di sekitarnya tumbuh lebih baik.
Kondisi ini menunjukkan pentingnya sensus tanaman secara rutin untuk menyeleksi tanam an-tanaman yang abnormal dan yang menunjukkan gejala defisiensi.
“Pupuk yang terbaik adalah sepatu petani” adalah ungkapan umum dalam dunia pertanian yang menekankan pentingnya pemeriksaan yang teratur oleh semua tingkat stat kebun di lapangan.
Evaluasi kesuburan tanah untuk tanaman kelapa sawit
Sifat tanah Sangat rendah rendah sedang tinggi Sangat tinggi
PH
Org. C (%)
Total N (%)
Total P (µg/g)
Av. P (µg/g)
Ex. K (cmolc kg-1)
Ex. K (cmolc kg-1)
ECEC (cmolc kg-1)
Defisiensi
Kecukupan hara
Respon pupuk < 3.5
< 0.8
< 0.08
< 120
< 8
< 0.08
< 0.08
5.5
> 2.5
>0.25
> 400
> 25
> 0.30
> 0.30
> 18
terinduksi
mungkin
Sumber : Goh Joo, (1997) Applied Agriculture Research Sdn. Bhd. Malaysia
Cara Penetapan
PH: H2O, 1:1.25; C Organik : Walkley & Black ; N total : Kjeldahl ; P total : HCl 25 % ; P
tersedia : Bray II ; K dan Mg dapat dipertukarkan, Kapasitas Tukar Kation : Pencucian dengan ammonium asetat 1 M pada pH 7.0
cmol kg-1 = meq/100g
Mg kg-1 = ppm
Kadar hara daun kelapa sawit yang menunjukan defisiensi, optimum, dan tinggi.
Tanaman sawit muda
(<6 tahun) daun ke-9 Hara Defisiensi Optimum Tinggi
N (%)
P (%)
K (%)
Mg (%)
Ca (%)
S (%)
Cl (%)
B (µg/g-1)
Cu (µg/g-1)
Zn (µg/g-1) < 2.50
< 0.15
< 1.00
< 0.20
< 0.30
< 0.20
< 0.25
< 8
< 3
3.1
> 0.25
> 1.8
> 0.7
> 0.7
> 0.6
> 1.0
> 40
> 15
> 80
Tanaman sawit dewasa
(> 6 tahun) daun ke-9 Hara Defisiensi Optimum Tinggi
N (%)
P (%)
K (%)
Mg (%)
Ca (%)
S (%)
Cl (%)
B (µg/g-1)
Cu (µg/g-1)
Zn (µg/g-1) < 2.30
< 0.14
< 0.75
< 0.20
< 0.25
< 0.20
< 0.25
< 8
< 3
3.0
> 0.25
> 1.6
> 0.7
> 1.0
> 0.6
> 1.0
> 40
> 15
> 80
Sumber : von Uexkull, H.R. and Fairhust, T.H. (1991) IPI Bulletin 12.
The Oil palm, Fertilizing for High Yield and Quality. IPI, Bern.
Tabel konversi untuk konsentrasi hara dalam bentuk kompon
Dari Ke Faktor
NO3
NH3
(NH4)2SO4
NH4NO3
N
N
N
N
K2O
K
KCl
K2O
CaO
Ca
CaCO3
CaO
MgO
Mg
MgO
MgO
MgO
MgSO4 N
N
N
N
NO3
NH3
(NH4)2SO4
NH4NO3
K
K2O
K2O
KCl
Ca
CaO
CaO
CaCO3
Mg
MgO
MgSO4
MgSO4.H2O
MgCO3
MgO 0.226
0.82
0.212
0.35
4.427
1.216
4.716
2.857
0.830
1.205
0.632
1.580
0.715
1.399
0.560
1.78
0.603
1.658
2.986
3.432
2.091
0.335
Dari Ke Faktor
MgSO4.H2O
MgSO4.7H2O
MgSO3
P2O5
P
Ca3(PO4)2
P2O5
SO2
SO3
SO4
MgSO4
MgSO4.H2O
MgSO4.7H2O
(NH4)2SO4
S
S
S
S
S
S
S MgO
MgO
MgO
P
P2O5
P2O5
Ca3(PO4)2
S
S
S
S
S
S
S
SO2
SO3
SO4
MgSO4
MgSO4.H2O
MgSO4.7H2O
(NH4)2SO4 0.290
0.16
0.478
0.436
2.291
0.458
2.182
0.5
0.4
0.333
0.267
0.23
0.13
0.25
1.997
2.496
2.995
3.75
4.310
7.680
3.995
Contoh :
1kg KCl mengandung 1 x 0.632 = 0.632 kg K2O, atau 0.632 x 0.830 =0.525 kg K

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentarnya.....