Sabtu, 12 Maret 2011

Masalah, Musibah, Hadiah Dan Berkah


Masalah, Musibah, Hadiah Dan Berkah

Penulis: Gede Prama

Belum saja musim hujan menunjukkan tanda-tanda dimulai, bahkan sebagian lebih sawah masih kering tidak terairi, seorang sahabat kepala divisi di BPPN sudah diseret meninggal oleh aliran sungai. Longsor sudah mulai memakan sejumlah korban. Belum saja sebuah kasus tentang meninggalnya seorang mahasiswa sekolah pemerintahan karena dianiaya seniornya hilang dari ingatan, sudah muncul kasus serupa. Belum kering air mata oleh meledaknya bom Bali, hotel JW Marriot meledak dengan korban-korban tidak berdaya. Belum ada tanda-tanda kesedihan menurun di markas besar PBB karena kantornya meledak di Irak dan sejumlah pegawai seniornya meninggal, lagi-lagi bom bunuh diri menimpa kantor yang sama.

Sehingga dalam totalitas, kehidupan seperti hanya terdiri dari rangkaian masalah dan musibah. Dalam mata yang hanya melihat masalah dan musibah, datangnya setiap hari baru di pagi hari, seperti datangnya hari yang tidak dikehendaki. Kalau saja bisa, hari baru ini direm agar gunungan masalah dan musibahnya tidak tambah menggunung. Sayangnya tidak ada satupun jenis rem yang bisa menyetop jalannya sang waktu. Ia berjalan dan terus berjalan. Entah masalah dan musibahnya bertambah, entah ia menggunung, atau malah menyentuh atap langit sekalipun, tetap jam waktu berjalan.

Oleh karena pilihan dalam bentuk mengerem mesin waktu tidak tersedia, maka manusia mesti belajar mencari pilihan lain. Untungnya ada sejumlah pemikir jernih yang sudah menemukannya. Sebagian diantaranya bernama Wayne W. Dyer dan Eckart Tolle. Dyer dalam karyanya Thereemikir jernih yang sudah menemukannya. Sebagian diantaranya bernamn mengutip A Course In Miracle : "you have no problem but you think you have.. !". Anda tidak punya masalah tapi Anda pikir Anda punya. Dengan kata lain, pikiranlah yang menciptakan masalah dan mengira masalah dan musibah bertambah dari hari ke hari. Tolle lain lagi, dalam karya jernihnya yang berjudul The Power of Now, ia berkeyakinan semua hal yang diberi judul masalah dan musibah, terkait erat dengan bagaimana manusia memandang waktu. Mereka yang cemas, khawatir, tidak yakin terlalu berpikir tentang masa depan, melupakan masa kini. Mereka yang marah, benci dan dengki terpenjara di masa lalu, hilang dari masa kini yang tinggi.

Digabung jadi satu, Dyer maupun Tolle menggaris bawahi satu hal yang serupa : psychological time. Waktu dalam bentuk clock time memang berjalan ke depan tanpa ada yang bisa mengeremnya. Namun psychological time, ia maju mundur tergantung seberapa kuat pikiran berkuasa dalam kehidupan seseorang. Siapa saja yang menggendong terlalu banyak masalah dan musibah dalam hidupnya, umumnya memiliki pikiran melompat-lompat. Ketika melompat ke masa lalu temannya bernama penyesalan, kenangan tak terlupakan, marah yang tidak termaafkan, dengki yang tidak terobati. Tatkala melompat ke depan sahabatnya bernama harapan, cita-cita, kekhawatiran, ketakutan, ketidakyakinan. Ujung-ujungnya hidup di masa kini jadi lenyap, hilang ditelan bumi.

Padahal, meminjam argumen banyak sekali sahabat di dunia kejernihan, masa lalu sudah mati. Sebab, manusia tidak bisa kembali tidak bisa juga memperbaikinya. Masa depan tidak nyata karena belum datang. Sementara satu-satunya hidup yang nyata dan riil adalah hari ini. Nyata karena semuanya serba terang benderang. Riil karena ia hidup. Diterangi cahaya pemahaman seperti inilah, maka tidak sedikit pencinta kejernihan yang belajar hidup yang hidup (baca : hidup di hari ini).

Hari ini, itulah fokus dan konsentrasi yang layak dipelajari. Sahabat yang lagi duduk menunggu bus kota, duduk dan tunggulah bus dengan penuh kesadaran. Rekan yang sedang menyetir mobil, nikmati seluruh dinamika menyetir mobill. Teman yang lagi bekerja nikmati dan tekuni hukum-hukum kerja. Siapa saja yang lagi menggendong bayi, sadari kalau bayi tidak saja titipan masa depan, tetapi juga hiburan cinta di hari ini. Mereka yang sudah lama tidak menelepon orang tua, telepon atau kirimi surat orang tua sekarang. Orang tua memang datang dari masa lalu, namun mereka juga hadir dengan senyum dan doa kekiniannya. Sahabat yang jarang mencium suami/istrinya, lakukanlah segera. Sebab ia tidak saja belahan jiwa, tetapi juga mesin-mesin yang memproduksi kenangan. Teman yang lama absen pergi bersama anak-anak, pergi segera. Sebab anak-anak adalah wakil hari ini yang ceria.

Entah ada sahabat pernah mencoba atau tidak, ketika mesin-mesin kesadaran sudah terkonsentrasi di hari ini, betul kata A Course In Miracle : Kita tidak punya masalah. Masalah hanya ada pada pikiran yang sibuk mondar-mandir ke depan serta ke belakang. Dan yang paling penting, tatkala pikiran tidak lagi sibuk mondar-mandir ke depan dan ke belakang, manusia membiarkan tangan maha sempurna bekerja sempurna tanpa gangguan pikiran manusia.

Ujung-ujungnya masalah dan musibah lenyap, diganti oleh hadiah dan berkah. Hari ini dalam bahasa Inggris disebut present (hadiah). Sifat hadiah manapun memang selayaknya disyukuri. Ketika manusia terkonstentrasi dengan kegiatan bersyukur, semuanya jadi berkah. Ada berkah lahir jadi manusia, udara yang berlimpah, kesehatan yang amat bermakna, istri/suami istimewa, putera-puteri di rumah yang ceria, berkah kerja, berkah bisa membaca tulisan pendek ini dan masih banyak lagi berkah-berkah lainnya. Bukankah semuanya serba melimpah?*****

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentarnya.....