Pionir
Nyaris dua tahun ia berjalan bertelanjang muka, anonim.
Alih-alih teralienasi konstruksi imajinatif.
Sulit bila harus mengelak, karena ia terus menerus menapaki jalan yang sebenarnya sudah tercipta bahkan sebelum ia sempat menapakinya.
Apalah daya bila kaki memang ini bukan miliknya?
Ia hanya menjalankan instruksinya.
Setiap bangunan pun selalu dibentuk oleh bongkahan batu-batu
Tapi, kemanakah para tukang batu pergi- segera setelah bangunannya berdiri?
Tidak pernah ada yang tahu.
Lagi-lagi ia hanya bisa berharap pada hujan senja ini yang memberi kemungkinan datangnya pelangi esok hari.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa komentarnya.....